Mantan Menkeu Rusia: Negara Butuh Stimulus Lebih Besar untuk Atasi Dampak Corona

Pemerintah Rusia perlu menambah anggaran stimulus secara drastis, karena krisis ekonomi yang dipicu mewabahnya virus corona (Covid 19) dapat membuat 8 juta warganya kehilangan pekerjaan. Peringatan tersebut disampaikan Kepala Badan Pengawas Keuangan Parlemen Rusia, Alexei Kudrin yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Rusia. "Menurut prediksi, selama krisis ini jumlah pengangguran di Rusia akan meningkat dari 2,5 juta menjadi 8 juta dalam beberapa saat," kata Kudrin, Senin kemarin waktu setempat.

Ia menambahkan, tingkat pengangguran hanya akan turun saat ekonomi rebound, dengan kembali normalnya kenaikan permintaan, konsumsi serta bisnis. Menurutnya, Rusia harus melihat kembali langkah langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi krisis keuangan pada 2008 2009 lalu. Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (14/4/2020), ia mencatat bahwa selama krisis sebelumnya, negara itu telah meluncurkan bantuan keuangan besar besaran untuk membantu agar sektor bisnis tetap bertahan.

Meskipun stimulus yang diberikan tidak mampu membantu warganya terhindar dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), namun banyak perusahaan yang berhasil diselamatkan. Kudrin menegaskan, dengan kondisi saat ini Rusia perlu meningkatkan dukungan untuk sektor bisnisnya dengan menggelontorkan anggaran sebesar 3 triliun rubel atau setara 40,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Perlu diketahui, pada hari Senin kemarin, pemerintah Rusia mengatakan sedang mempertimbangkan langkah langkah tambahan untuk mendukung penanganan ekonomi yang terdampak corona di negara itu.

Paket kebijakan ini rencananya akan diluncurkan pada akhir pekan ini. Sementara itu, Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, perusahaan yang bergerak di sektor yang paling terkena dampak krisis corona akan memperoleh relaksasi berupa penundaan pembayaran pajak hingga akhir tahun 2021. Menurut laporan Bloomberg, pemerintah Rusia menggelontorkan sekitar 1 triliun rubel atau setara 13,6 miliar dolar AS dalam menerbitkan langkah langkah stimulus baru.

Sebagian dari dana itu dapat digunakan untuk mensubsidi gaji para pekerja yang terpaksa harus tinggal di rumah karena kebijakan karantina yang dilakukan negara itu demi mencegah penyebaran corona. Kabinet Rusia, sejauh ini telah mencadangkan 1,4 triliun rubel atau sekitar 19 miliar dolar AS untuk merangsang ekonomi yang terperangkap di antara penyebaran virus mematikan dan volatilitas pasar minyak. Hingga Senin kemarin, lebih dari 18.000 orang di Rusia dinyatakan positif terinfeksi virus itu dan 148 orang telah meninggal.

Penyebaran penyakit yang cepat telah mendorong pemerintah negara itu menegakkan aturan wajib agar warga yang tinggal pada sebagian besar wilayah, termasuk di ibukotanya, Moskwa, melakukan isolasi mandiri. Awal bulan ini, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa cuti berbayar nasional pun akan diperpanjang hingga 30 April mendatang. Sementara bisnis yang tidak terlalu menunjang perekonomian negara, termasuk aktivitas pusat perbelanjaan, bioskop dan pusat kebugaran tetap ditutup pada sebagian besar wilayah yang terkena pandemi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *